Jumat, 15 Januari 2010

seni dalam pendidikan

Seni Dalam Pendidikan ini dilaksanakan dalam bentuk teori dan amali. Tumpuan diberi kepada aktiviti yang mendorong murid-murid menggunakan imaginasi, ekspresi. Inkuiri dan kecerdasan pelbagai. Penekanan juga diberi kepada aspek penglibatan secara aktif dan menyeronokan serta pembelajaran dan pemindahan pembelajaran yang berkesan untuk meningkatkan perkembangan individu yang menyeluruh.

Sukatan Pelajaran Seni Dalam Pendidikan digubal untuk membolehkan peserta kursus
- Memperoleh pengalaman seni visual, muzik dan pergerakan serta menggunakannya sebagai asas perhubungan pengetahuan dalam proses pembelajaran;
- Mengaplikasikan konsep pembelajaran melalui seni dengan menghubungkaitkan pengalaman Seni Visual, Muzik dan Pergerakan;
- Membina kepekaan persepsi, apresiasi, kesedaran estetik, pemikiran kreatif dan imaginatif melalui pelbagai aktiviti yang menyeronokkan;
- Meneroka ketiga-tiga komponen iaitu Seni Visual, Muzik dan Pergerakan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman
- Mengintegrasikan aktiviti Seni Visual, Muzik dan Pergerakan dengan mata pelajaran lain
- Membina dan mengamal nilai-nilai murni melalui pelbagai pengalaman Seni Visual, Muzik dan Pergerakan.

KONSEP DAN LATAR BELAKANG
Merangkumi 3 bidang iaitu Seni visual, Muzik dan Pergerakan dalam pembelajaran dan perkembangan kanak-kanak. Kefahaman dalam ketiga –tiga bidang ini boleh dicapai melalui penerokaan, memperoleh pengalaman dan ekspresi. Aktiviti-aktiviti seni dalam pendidikan ini kemudiannya diintegrasikan ke dalam mata pelajaran lain. Setiap insan berhak menerima pendidikan dan pemahaman tentang seni tanpa mengira latar belakang, bakat atau kebolehan. Integrasi Seni Visual, Muzik dan Pergerakan meningkatkan perkembangan insan dan minda secara holistik dan membantu meningkatkan kreativiti dan ekspresi kendiri seseorang. Teori-teori dari ahli psikologi kognitif dan konstruktivisme telah membuktikan kanak-kanak tidak memperolehi pengetahuan secara pasif, tetapi mereka membina pengetahuan secara aktif. Teori Kecerdasan Pelbagai oleh Howard Gardner telah menyokong seni diberi peranan yang lebih penting dalam kurikulum; ini kerana manusia memperolehi pengetahuan melalui kecerdasan yang pelbagai
Quadrant Concept(1993) oleh Hermann menyatakan bahawa seni membantu pemikiran rasional dan intuitif seseorang individu. Kepentingan Seni dalam pendidikan Aktiviti Seni Visual, Muzik dan Pergerakan mendorong kanak-kanak menggunakan imaginasi, ekspresi, inkuiri dan kecerdasan pelbagai. Melalui aktiviti Seni Visual, Muzik dan Pergerakan, kanak-kanak dapat melibatkan diri dalam pembelajaran secara aktif dan menyeronokkan. Integrasi ketiga-tiga bidang ini dengan mata pelajaran lain membantu dalam mengimbangkan perkembangan otak kiri dan otak kanan.

FAEDAH SENI DALAM PENDIDIKAN
- Pengalaman optima melalui Seni membawa kepada keyakinan diri dan kemahiran belajar
- Memperkembangkan kemahiran meneroka, pengalaman dan ekspresi
- Menggalakkan pembelajaran seumur hidup secara menyeluruh
- Belajar cara belajar – aplikasi informasi secara berkesan
- Penghubungkaitan, gerak hati, celik akal dan kecerdasan “Lateral Leaps”
Seni Dalam Pendidikan dari Perspektif Teori Pembelajaran
- Teori Konstruktivisme
- Teori Kecerdasan pelbagai
- Teori Behaviorisme Sosial
- Teori Perkembangan
- Teori Otak Kiri Otak Kanan
- Teori Pemprosesan Maklumat

Rabu, 13 Januari 2010

pembelajaran inovatif

Pembelajaran inovatif

Kata inovatif dimaknai sebagai beberapa gagasan dan teknik yang baru. Adapun kata inovasi, berarti pembaharuan. Pembelajaran, merupakan terjemahan dari learning, yang artinya belajar. Jadi, pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang dikemas oleh guru atas dorongan gagasan baru untuk melakukan langkah-langkah belajar dengan metode baru sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar. Pembelajaran inovatif juga merupakan wujud gagasan atau teknik yang dipandang baru agar mampu memfasilitasi siswa untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Pembelajaran dapat juga juga sebagai suatu gagan yang muncul karena pembelajaran dirasa statis, klasik, dan tidak produktif dalam memecakkan masalah belajar. Oleh karena itu, dibutuhkan paradigma baru yang dapat memecahkan masalah tersebut.

Pada digma lama memiliki masa suram yang ditandai dengan:

  1. Guru sebagai pengajar bukan pendidik, sumber pengetahuan dan serbatahu

  2. Sekolah teikat dengan jadwal yang ketat

  3. Belajar dibatasi kurikulum

  4. Basis belajar hanya berkutat pada fakta, isi pelajaran, dan teori semata

  5. Hafalan menjadi agenda utama bagi siswa

  6. Keseragaman

  7. Kelas menjadi fokus utama

  8. Komputer lebih dipandang sebagai objek

  9. Penggunaan media statis lebih mendominasi

  10. Komunikasi terbatas

  11. Penilaian lebih bersifat normatif

Pembelajaran inovatif dirasa mampu memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kecakapan hidup. Dengan demikian pembelajaran inovatif ditandai dengan:

  1. Pembelajaran bukan pengajaran

  2. Guru sebagai fasilitator, buka instruktur

  3. Siswa sebagai subjek, bukan objek

  4. Multimedia, bukan monomedia

  5. Sentuhan manusiawi, buka hewani

  6. Pembelajran induktif, bukan deduktif

  7. Pembelajaran dan meteri bermakna dagi siswa, bukan hanya dihafal

  8. Keterlibatan siswa parisipasi

Adapun prinsip-prinsip pembelajaran inovatif yang dapat dipakai dalam melaksanakan proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

  1. Berpusat pada siswa

Pembelajaran yang menerapkan pedagogi yang mengorientasikan siswa kepada situasi yang bermakna, kontekstual, dunia nyata, dan menyediakan sumber belajar, bimbingan, petunjuk bagi pembelajaran ketika mereka mengembahkan pengetahuannya tantang materi.

  1. Berbasis masalah

Pembelajaran hendaknya dimulai dari maslah-maslah aktual, autentik, relevan, dan bermakna bagi siswa. Pembelajaran yang dibangun berdasarkan materi ajar seringkali terlepas dari aktual di masyarakat. Akibatnya, siswa tidak dapat menerapkan konsep yang dipelajari di dalam kehidupan nyata sehari-hari.

  1. Terintegrasi

Di dalam inovasi pembelajaran pendekatan terintegrasi lebih diharapkan dari padaa pendekatan disiplin ilmu. Kelemahan pendekatan disiplin ilmu adalah siswa tidak dapat melihat sistem, mereka akan terkotak pada satu disiplin, sehinnga tidak heran seorang guru ketika bertanya “Apa fungsi air?” dia malah bertanya air apa? Mengapa ada banyak air? Gur tersebut menjawab ada dua macam air, yaitu air IPS dan ait IPA yang fungsinya berbeda

  1. Berbasis masyarakat

Mengajak siswa untuk mengimplementasikan yang dipelajari dari dalam kelas ke konteks mesyarakat atau sebaliknya mengambil masalah-masalah yang terjadi di mesyarakat sebagai bahan untuk keterampilan dan pengetahuan yang lebih dalam, merupakan proses pembelajaran yang bermakna.

  1. Memberikan pilihan

Setiap oarang bersifat unik, berbeda-beda antara oarang yang satu dengan orang yang lain. Demikian pula dengan siswa yang belajar, mereka memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, kecepatan belajar, pusar perhatian, dan sebagainya yang berbeda pula. Pembelajaran inovatif memberikan perhatian pada variasi karakteristik siswa tersebut. Oleh karena itu, pembelajaran lebih pada apa yang di inginkan oleh siswa, bukan guru.

  1. Tersistem

Hasil belajar sering kali bersifat hierarki, begitu pala subtansi materi pelajaran. Materi tertentu membutuhkan pengetahuan lain sabagai prasyarat yang harus dikuasai terlebih dahulu sebelum seseorang dapat mempelajari materi tersebut. Begitu pila keterampilan-keterampilan tertentu terutama psikomotor yang bersifat prosedural, yang memiliki langkah yang harus dilakukan secara sekuensial sebelum dapat menuntaskannya dengan baik

  1. Berkelanjutan

Belajar sebagai sebuah proses tentunya tidak terpotong-potong. Namun, belajar merupakan rangkaian pemehaman terhadap sesuatu secara terus-menerus. Untuk itu, pembelajaran inovatif berorientasi pada pembelajaran yang berkelanjutan sampai pada tingkat kedalaman dan keluasan materi

Ada pun berbagai model pembelajaran inovatif adalah sebagai berikut:

  1. Model pembelajaran langsung (Direct Instruction)

Model pembelajaran langsung merupakan suatu pendekatan yang dirancang untuk membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif (dapat diungkap dengan kata-kata) dan pengetahuan prosedural (bagai mana melakukan sesuatu) yang dapar dijarkan secara bertahap. Adapaun ciri-ciri dari model langsung ini adalah sebagau berikut:

  1. Perhatian : pengamatan akan dapat memperlihatkan perilaku dengan baik apabila perilaku jelas dan tidak terlalu kompleks.

  2. Retensi : suatu perilaku yang teramati dapat dimantapkan jika pengamatan dapat menghubungkan dengan pengalaman sebelumnya

  3. Produksi : memeberikan kesempatan pada siswa untuk mengulang keterampilan baru secara bergilir

  4. Motivasi : penguatan diberikan pada siswa agar siswa dapat melakukan dengan baik dan benar

Pembelajaran langsung memiliki sintaks sebagai berikut

Fase

Peran guru

Fase I

menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar dan memberikan motivasi kapada siswa

Fase II

Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap

Fase III

membimbing pelatihan

Guru merencanakan dan memberikan bimbingan pelatihan awal

Fase IV

mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik

Fase V

memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan

Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih komplels dan kehidupan sehari-hari




  1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu kegiata pembelajaran yang dilakukan dengen cara berkelompok untuk bekerja sama dan saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang, siswa yang heterogen (kemampuan, gender, karakter, dll), ada kontrol dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laoran atau presentasi. Tujuan dibentuknya kelompok adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas angggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar. Adapun sintaks-sintaks pembelajaran model kooperatif secara umun adalah sebagai berikut :

Fase

Peran guru

Fase I

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa

Fase II

Menyampaikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan yang telah disiapkan

Fase III

Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kapada siwa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan mem,bantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Fase IV

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompokk belajar pada saat mereka mengerjakan tugas belajar

Fase V

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau mesing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase VI

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Metode pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tipe dengen lagkah-langkah yang berbeda-beda. Tipe-tipe metode pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

  1. Tipe STAD (Student Teams Achievement Division)

Tiep STAD adalah metode pembelajaran kooperatif untuk pengembangan kemampuan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

  1. Menyampaikan tujuan dan memberikan motivasi pada siswa

  2. Menyajikan atau menginformasikan materi

  3. Mengorganisasikan kelompok-kelompok belajar

  4. Membimbing kelompok belajar dan bekerja

  5. Evaluasi

  6. Memberikan penghargaan

  1. Tipe NHT (Number Head Togerher)

Memiliki langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Mengarahkan

  2. Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu

  3. Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tetapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja berkelompok

  4. Mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas

  5. Mengadakan kuis individu dan membuat skor perkembangan tiap siswa

  6. Mengumumkan hasil kuis dan memberikan reward

  1. Tipe JIGSAW

Memiliki langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

  1. Siswa dibafi dalam beberapa kelompok (tiap kelompok terdiri dari 5-6 orang)

  2. Materi pelejaran dinerikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.

  3. Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya. Misalnya, jika materi yang disampaikan mengenai sistem ekskresi. Maka seorang siswa dari satu kelompok mempelajari tentang ginjal, siswa yang lain dari kelompok satunya mempelajari tentang paru-paru, begitu pun siswa lainnya mempelajari kulit, dan lainnya mempelajari hati.

  4. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya

  5. Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya mengajar teman-temannya

  6. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu.

  1. Tipe IK (Investigasi Kelompok)

Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. Memiliki langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Memilih topik : siswa memilih sub topik khusus di dalam suatu daerah maslah umum yang biasanya ditetapkan oleh guru. Kemudian siswa diorganisasikan menjadi dua sampai enam anggota kelompok menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas

  2. Perencanaan kooperatif : siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan khusu yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap pertama

  3. Implementasi : siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di dalam tahap ke dua kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa kepada jenis-jenis sumber belajar yang berbeda baik didalam maupun di luas sekolah

  4. Analisis dan sintesis : siswa menganalisis dan mensintesis informasi pada tahap ke tiga dan meringkas informasi tersebur dan menyajikannya di depan kelas

  5. Presentasi hasil final : beberapa atau semua kelompok hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik, agar siswa yang lain saling telibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka, presentasi di koordinasi oleh guru.

  6. Evaluasi : evaluasi dapat berupa penilaian individu atau kelompok

  1. Tipe TPS (Think Pair Share)

Dengan langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Berpikir (think): guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan pelajaran, dan memberikan siswa waktu beberapa menit untuk berpikir

  2. Berpasangan (pair): guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh.

  3. Berbagi (share): gur meminta siswa untuk pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah dibicarakan.

  1. Tipe TGT (Team Games Tounament)

TGT memiliki langkah-langkah sebagau berikut:

  1. Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok mareti dan mekanisme kegiatan

  2. Siapkan meja turnamen secukupnya, misal dan untuk tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara, meja 1 diisi oleh siswa dengan level dari tiap kelompok dan seterusnya.

  3. Pelaksaan tutnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah disediakan. Siswa bisa mengerjakan lebih dari satu soal dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu

  4. Bumping, pada turnamen selanjutnya, dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turmamen sesuai dengan sebutan gelar tadi.

  5. Menghitung skor untuk tiap kelompok asal dan individu, memberikan penghargaan.

  1. Pengejaran Berbasis Masalah (Problem Based Instrukction)

Merupakan proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya, sehinnga dari ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. Pengajaran ini dirancang untuk membantu guru memberi informasi sebanyak-banyaknya pada siswa. Dan memiliki sintaks sebagai berikut

Tahap

Peran guru

Tahap I

Orientasi siswa pada masalah

Gur menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah

Tahap II

Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

Tahap III

Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapat penjelasan dan pemecahan masalah

Tahap IV

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya

Tahap V

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.


  1. Pengejaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

  1. Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.

  2. Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat

Model pembalajaran contekstual teaching learning ini memiliki beberapa tujuan yaitu:

  1. Konstruktivisme (Constructivism) yaitu siswa diharapkan dapar belajar sedikit-demi sedikit dari konteks terbatas. Siswa mengkonstruk sendiri pemahamannya. Pemahaman yang mendalam diperoleh melalui pengalaman belajar bermakna.

  2. Bertanya (Questioning) memiliki tujuan yaitu bagi guru : dapat menuntun siswa berpikir, mengecek pemahaman siswa, membangkitkan respon siswa. Bagi siswa yaitu bertujuan untuk : menggali informasi, menghubungkan dengan pengetahuan yang dimiliki, memecahkan masalah yang dihadapi.

  3. Menemukan (Inquiry) memiliki siklus yaitu: siklus yang terdiri dari mengamati, bertanya, menganalisis dan merumuskan teori, baik perorangan maupun kelompok. Diawali dengan pengamatan, lalu berkembang untuk memahami konsep/fenomena, mengembangkan dan menggunakan keterampilan berpikir kritis.

  4. Masyarakat Belajar (Learning Sociaty) diharapkan siswa dapat berbicara dan berbagi pengalaman dengan orang lain. Ada kerjasama untuk memecahkan masalah. Hasil pembelajaran secara kelompok akan lebih baik daripada belajar sendiri. Ada fasilitator/guru yang memandu proses belajar dalam kelompok.

  5. Pemodelan (Modeling) berjutuan agar guru dapat membahasakan gagasan yang pikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswanya untuk belajar, melakukan apa yang guru inginkan agar siswa melakukan, guru bukan satu-satunya contoh bagi siswa, model berupa orang, benda, perilaku, dll.

  6. Refleksi (Reflection) agar kita dapat mengetahui tentang Cara-cara berpikir tentang apa yang kita pelajari, menelaah dan merespon terhadap kejadian, aktivitas, dan pengalaman, mencatat apa yang telah kita pelajari, bagaimana kita merasakan ide-ide baru, dapat berupa : jurnal, diskusi, dan karya seni.

  7. Penilaian sebenarnya (Authentic Assesment) suatu penilaian yang dilakukan dengan dengan pelbagai cara dan dari pelbagai sumber, untuk mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa, mempersyaratkan penerapan pengetahuan dan keterampilan, tugas-tugas yang kontekstual dan relevan, proses dan produk kedua-duanya dapat diukur.

Secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL adalah sebagai berikut:

  1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan catra bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunga.

  1. laksanakan sajauh mungkin kegiatan unkuiri untuk semua topik

  1. kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya

  1. ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)

  1. hadirkan model sebagai contoh pembelajaran

  1. lakukan refleksi di akhir pertemuan

  1. lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.


  1. Pembelajaran inQuiri

Inkuiri adalah salah satu pendekatan pada model pembelajaran kontekstual, yang memiliki siklus yaitu: Siklus yang terdiri dari mengamati, bertanya, menganalisis dan merumuskan teori, baik perorangan maupun kelompok, Diawali dengan pengamatan, lalu berkembang untuk memahami konsep/fenomena, mengembangkan dan menggunakan keterampilan berpikir kritis. Metode inkuri sangat tepat digunakan dalam proses belajar-mengajar di sekolah. Inkuri menawarkan perspektif yang berbeda dalam kurikulum. Melalui metoda inkuiri, siswa/i dapat menanyakan bermacam-macam pertanyaan mengenai topik yang terlitas di benak mereka, juga dapat menentukan sendiri cara mengumpulkan informasi dan menyampaikannya.

Pendekatan inkuiri memiliki beberapa karaktristik sebagai berikut :

  1. Menggunakan ketrampilan berproses

  2. Tidak terikat waktu

  3. Jawaban yang dicari tidak diberi tahukanlebih dulu dan tidak ada dalam buku

  4. Siswa bersemangat

  5. Pembelajaran berpusat pada pertanyaan

  6. Permaslahan dapat dipecahkan oleh siswa

  7. Hipotesis dirumuskan oleh siswa

  8. Siswa mengusulkan cara pemecahan masalah

  9. Semua pendapat dinilai bersama

  10. Siswa melalulan penelitian secara individu atau kelompok

  11. Siswa mengolah data sampai paa kesimpulan

inkuiri merupakan sebuah rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk memcari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuan dengan penuh percaya diri. Sasaran utama dalam inkuiri adalah :

  1. Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar

  2. Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran

  3. Mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.

Kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:

  1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permaslahan diajukan. Untuk meyakinkan bahwa pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut dituliskan dipapan tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis

  1. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permaslahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru menanyakan kepada siswa gagasan menganai hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasa yangada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalah yang diberikan

  1. Mengumpulkan data

Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Dta yang dihasilkan dapat berupa tabel, metrik, atau grafik

  1. Analisis data

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran “benar” atau “salah”. Setelah memperoleh kesispulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis tersebut salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukan

  1. Membuat kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan sememtara berdasarkan data yang diperoleh siswa.

Adapun sintaks dalam pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:

Fase

Perilaku guru

Tahap I

Menyajikan pertanyaan atau masalah

Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah ditulis di papan tulis. Guru membagi siswa dalam kelompok

Tahap II

Membuat hipotesis

Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam merumuskan hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan

Tahap III

Merancang prtcobaan

Guru memberi kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyeledikan

Tahap IV

Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi

Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan

Tahap V

Mengumpulkan dan menganalisis data

Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul

Tahap VI

Membuat kesimpulan

Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpilan




download model yang lain : http://www.ziddu.com/download/8138933/inovatif.zip.html

pembelajaran tematik

Pembelajaran Tematik merupakan pembelajaran bermakna bagi siswa. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu. Oleh karena itu, guru harus merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual yang menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, peserta didik akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Pendekatan pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang mengggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran. Jadi batasan waktu dan cakupan materi kegiatan siswa di sekolah didasarkan pada tema yang dikembangkan oleh guru, bukan didasarkan pada jadwal mata pelajaran. Pemilihan penggunaan metode pembelajaran ini dilatarbelakangi oleh beberapa hal, antara lain:
Penerapan pembelajaran tematik untuk kelas 1 – 3 Sekolah Dasar mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Lampiran Peraturan Menteri tersebut Bab II, Bagian B tentang Struktur Kurikulum Pendidikan Umum, butir 1.c. dinyatakan bahwa pembelajaran kelas 1 – 3 SD dilaksanakan melalui pendekatan tematik. Ada dua alasan mendasar diterapkan pembelajaran tematik untuk kelas 1 – 3 SD, yaitu:
Pertama: Perkembangan psikologis anak
Anak yang duduk di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini merupakan masa perkembangan yang sangat penting dan sering disebut “The Golden Years” bagi kehidupan seseorang. Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap obyek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang obyek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan obyek dengan konsep yang sudah ada dalam pikirannya) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Belajar dimaknai sebagai proses interaksi diri anak dengan lingkungannya. Anak belajar dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, dan diraba.


Kedua : Pembelajaran bermakna.
Proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta belaka, tetapi kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang lebih utuh. Hal ini sejalan dengan falsafah konstruktivisme yang menyatakan bahwa manusia mengkontruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak.
Pembelajaran tematik mempunyai ciri khas dan karakteristik tersendiri. Adapun ciri khas pembelajaran tematik di antaranya: 1) pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa sekolah dasar; 2) kegiatan yang dipilih dalam pembelajaran tematik bertitik tolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi peserta didik sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; 4) membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; 5) menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui peserta didik di lingkungannya; dan 6) mengembangkan keterampilan sosial siswa, misalnya: kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Sebelum metode tematik ini ngetren, pembelajaran di kelas 1 dan 3 juga menggunakan metode pembelajaran dengan pola jam pelajaran. Nah sekarang perbandingan keduanya, yaitu tematik dan pola jam pelajaran bagi kelas 1-3. Begini, Dengan memperhatikan kedua alasan diberlakukannya pembelajaran tematik jelaslah bahwa pembelajaran tematik lebih baik dari pada pelajaran dengan pola mata pelajaran. Selain itu ada beberapa keuntungan lain dilaksanakan pembelajaran tematik, antara lain:
1. Pembelajaran menjadi menyenangkan
Siswa sungguh senang karena pembelajaran dikelola sesuai dengan perkembangan jiwa anak. Dengan pembelajaran tematik, khususnya dengan buku Grasindo, setiap hari siswa diajak bernyanyi, bermain dan mendengarkan cerita. Dunia anak adalah bermain, menyanyi dan mendengarkan ceritera. Guru dapat leluasa mengatur waktu untuk ketiga kegiatan tersebut, sebab kegiatan belajar tidak dikotak-kotak lagi dengan mata pelajaran. Guru dan siswa tidak perlu bertanya, “Sekarang mata pelajaran apa?” Siswa sungguh senang, karena belajar dengan bermain dan melakukan kegiatan kreatif
2. Siswa mudah memusatkan perhatian
Dalam pembelajaran tematik kegiatan berjalan mengalir tanpa dipenggal-penggal dengan pergantian jam pelajaran. Perhatian siswa tidak terpecah-pecah. Lainnya halnya dengan pembelajaran yang disusun berdasarkan jam pelajaran. Setiap ganti jam pelajaran siswa harus kembali dari awal. Mengingat kembali materi terakhir pada hari sebelumnya. Seringkali ada kegiatan yang belum tuntas terpaksa harus diakhiri karena ada pergantian jam pelajaran. Lebih bermasalah lagi kalau gurunya juga harus ganti.
Penguasaan kompetensi akan lebih kuat dan mendalam.
Dengan perhatian yang lebih terpusat dan kegiatan yang lebih tuntas, ditambah lagi dengan suasana yang menyenangkan serta materi sesuai dengan konteksnya, maka dapat diharapkan penguasaan kompetensi siswa lebih kuat dan mendalam.
3. Hemat waktu
Dalam pembelajaran dengan mata pelajaran sering ditemukan tumpang tindih. Misalnya Pelajaran Bahasa Indonesia memerlukan wacana sebagai sumber belajar. Dalam wacana tersebut memuat materi pelajaran lain. Selain itu ketika siswa menyusun atau membuat kalimat, mendeskripsikan suatu benda, dan menceritakan pengalaman sering terkait dengan materi pelajaran lain. Sebaliknya semua matapelajaran di luar Bahasa Indonesia pun anak harus menyusun kalimat, mendeskripsikan suatu benda dan sebagainya, yang sebetulnya hal itu terkait dengan pelajaran bahasa Indonesia. Dengan pembelajaran tematik tidak perlu dibedakan antara kalimat pelajaran Bahasa Indonesia atau kalimat pelajaran lainnya. Dengan demikian jelaslah bahwa pembelajaran tematik sungguh-sungguh menghemat waktu.
Selain kelebihan di atas pembelajaran tematik memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan pembelajaran tematik tersebut terjadi apabila dilakukan oleh guru tunggal. Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran tema sehingga dalam pembelajaran tematik akan merasa sulit untuk mengaitkan tema dengan mateti pokok setiap mata pelajaran. Di samping itu, jika skenario pembelajaran tidak menggunakan metode yang inovatif maka pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tidak akan tercapai karena akan menjadi sebuah narasi yang kering tanpa makna.
Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik ada hal-hal yang perlu dilakukan, beberapa hal yang meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan seperti berikut :
A. Pemetaan Kompetensi Dasar.
Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua standart kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Kegiatan yang dilakukan adalah :
1. Penjabaran standart kompetensi dan kompetensi dasar kedalam indikator
• Dalam mengembangkan indikator perlu memperhatikan hal-hal berikut :Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik.
• Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.
• Dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan dapat diamati.
2. Menentukan tema.
Dalam menentukan tema yang bermakna, kita harus memperhatikan dan mempertimbangkan pemikiran konseptual, pengembangan keterampilan dan sikap, sumber belajar, hasil belajar yang terukur dan terbukti, kesinambungan tema, kebutuhan siswa, keseimbangan pemilihan tema, serta aksi nyata, antara lain :
• Pemikiran konseptual, tema yang baik tidak hanya memberikan fakta-fakta kepada siswa. Tema yang baik bisa mengajak siswa untuk menggunakan keterampilan berpikir yang lebih tinggi.
• Pengembangan keterampilan dan sikap. apakah tema yang sudah disepakati bisa mengembangkan keterampilan siswa. Misalnya, keterampilan berfikir, berkomunikasi, sosial, eksplorasi, mengorganisasi, dan pengembangan diri. Pembentukan sikap juga harus bisa di akomodasi dalam pilihan tema, seperti sikap menghargai, percaya diri, kerja sama, komitmen, kreativitas, rasa ingin tahu, berempati, antusias, mandiri, jujur, menghormati dan toleransi.
• Kesinambungan Tema. Kath Murdock (1998) dalam bukunya Clasroom Connection-Strategies for Integrated Learning menjelaskan bahwa tema yang baik bisa mengakomodasi pengetahuan awal yang dimiliki siswa sebelum belajar tentang sesuatu yang baru. Pengetahuan awal itu tentu sudah dipelajari siswa sebelumnya.
• Materi Belajar Utama dan Tambahan. Materi dan sumber pembelajaran tematik biasa kita bagi menjadi dua sumber dan materi, yaitu utama dan tambahan. Contoh sumber atau materi belajar utama adalah para ahli atau orang-orang yang mempunyai profesi atau kompetensi dasar dalam bidang terentu, tempat-tempat yang bisa dipelajari, suasana belajar didalam kelas, lingkungan, komunitas, dan kesenian. Sedangkan musik, materi audio visual, literature, progam computer, dan internet adalah sumber materi pembelajaran tambahan bagi siswa. Dengan demikian, pemlihan tema harus juga memperhatikan kesediaan kedua sumber belajar itu.
• Terukur dan Terbukti, Guru juga perlu memperhatikan hasil pembelajaran apa yang akan siswa capai dalam pembelajaran tematik. Apa yang bisa siswa kerjakan dalam proses pembelajaran tematik. Perlu juga menunujukkan bukti-bukti itulah yang dinilai guru dan dicatat sebagai bukti bagaimana siswa menguasai tema yang diajarkan. Yang pada akhirnya akan dijadikan bahan evaluasi dan laporan kepada orang tua siswa.
• Kebutuhan Siswa, dalam memilih tema, guru perlu memperhatikan kebutuhan siswa. Apakah tema yang kita pilih bisa menjawab kebutuhan siswa. secara kognitif, Gardner (2007 ) dalam bukunya Five Minds For The Future menyebutkan bahwa manusia pada era informasi ini harus dibekali lima cara berfikir, yaitu : pikiran yang terlatih, terampil, dan disiplin, pikir mensintesis; pikiran mencipta; pikiran merespek, dan pikiran etis. Apakah tema yang dipilih sudah bisa membekali siswa dengan lima cara berfikir untuk masa depan. Kebutuhan siswa yang lain bisa juga dilihat melalui perkembangan psikologi (imajinasi), perkembangan motorik, dan perkembangan kebahasaan siswa.
• Keseimbangan Pemilihan Tema. Seperti telah dijelaskan diatas bahwa pembelajaran yang cocok dengan pembelajaran terpadu adalah pembelajaran tematik. Dalam satu tahun pembelajaran biasanya siswa bisa mempelajari 5-6 tema. Para guru hendaknya bisa memilih tema yang bisa mengakomodasi mata pelajaran bahasa, ilmu sosial, lingkungan, kesehatan, dan sains saja, tetapi tema-tema lain yang bervariasi.
• Aksi Nyata. Pembelajaran tematik hendaknya tidak hanya mengembangkan pengetahuhan dan sikap siswa, namun juga bisa membimbing siswa untuk melakukan aksi yang bermanfaat. Aksi yang dilakukan siswa akan memperkaya siswa dengan pengetahuan lain serta memberikan dampak bagi kehidupan orang lain dan lingkungan dimana siswa hidup.
3. Identifikasi dan analisis standart kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator.
Lakukan identifikasi dan analisis untuk setiap standar kompetensi, kompetensi dasar dan indicator yang cocok untuk setiap tema sehingga semua kompetensi, kompetensi dasar dan indikator terbagi habis.
B. Menetapkan Jaringan Tema
Buatlah jaringan tema yaitu menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema pemersatu.
C. Penyusunan Silabus
Hasil seluruh proses yang dilakukan pada tahap-tahap sebelumya dijadikan dasar dalam penyusunan silabus.
D. Penyusunan Rencana Pembelajaran

Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Setelah tahap persiapan dilakukan, maka selanjutnya akan dipaparkan tahap pelaksanaan pembalajaran terpadu. Adapun tahap pelaksanaan pembelajarannya meliputi :
a. Kegiatan Pendahuluan / awal.
Pada tahap ini dapat dilakukan panggilan terhadap anak tentang tema yang disajikan. Beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan adalah, bercerita, kegiatan fisik/jasmani, dan dan menyanyi.
b. Kegiatan inti.
Kegiatan inti difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk pengembangan kemampuan baca, tulis hitung. Penyajian bahan pembelajaran dialakukan dengan menggunakan strategi / metode yang bervariasi dan dapat dilakuakn secara klaksikal, kelompok kecil, ataupun perorangan.
c. Kegiatan penutup
Sifat dari kegiatan penutup adalah untuk menenangkan. Beberapa contoh kegiatn penutup yang dapat dilakukan adalah menyimpulkan atau mengungkapkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan, mendongeng, membacakan cerita dari buku, pantomime, pesan-pesan moral, musik / apresiasi musik.
Pengaturan jadwal pelajaran.
Untuk memudahkan administrasi disekolah terutama dalam penjadwalan. Guru bersama dengan guru mata pelajaran lain ( yang tidak dipadukan ) perlu bersama-sama menyusun jadwal pelajaran.

Implikasi Pembelajaran Tematik
Dalam implementasi pembelajaran tematik disekolah dasar mempunyai implikasi yang mencakup :
• Implikasi bagi guru
Pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreaktif baik dalam menyiapkan pengalaman belajar bagi anak, juga dalam memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan, dan utuh.
• Implikasi bagi siswa
1. Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya yang dimungkinkan untuk bekerja, baik secara individual, pasangan kelompok kecil, maupun klasikal.
2. Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi dan aktif.
• Implikasi terhadap sarana, prasarana,sumber balajar dan media.
1. Pelaksanaan pembelajaran ini memerlukan berbagai prasarana dan prasarana belajaran.
2. Pembelajaran ini perlu memanfaatkan bebagai sumber balajar, baik yang didesain secara khusus maupun yang tersedia dilingkungan,
3. Pembeajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran bervariasi dan
4. Pembelajaran ini masih dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada atau bila memungkinkan untuk menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar terintegrasi.
• Implikasi terhadap pengaturan ruangan.
1. Ruang perlu ditata sesuai tema yang dilaksanakan.
2. Susunan bangku bisa berubah-ubah.
3. Perta didik tidak harus selalu harya duduk dikursi, tetapi dapat duduk ditikar atu dikarpet.
4. Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik didalam maupun diruangan.
5. Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik dan dimanfaatkan sebagai sumber balajar.
6. Alat, sarana, sumber belajar hendaknya dikelola dengan baik.
• Implikasi terhadap pemilihan metode
Pembelajaran yang dilakukan perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan multi metode, misalnya percobaan, bermain peran, tanya jawab, demonstrasi, dan bercakap-cakap.

KETERAMPILAN BERTANYA YANG HARUS DIMILIKI GURU

1. Keterampilan bertanya
Dalam proses belajar mengajar, bertanya memiliki peran yang sangat penring karena pertanyaan yang tersusun dengan baik dan ternik pelomtaran yang tepat akan memberikan dampak positik terhadap sisiwa yaitu:
a. Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar
b. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi atau dibicarakan
c. Mengembangkan pola dan cara belajar aktif dari siswa karena berpikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya
d. Menuntun proses berpikir siswa sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik
e. Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sederhana sedang dibahas
Keterampilan dan kelancaran bertanya dari calon guru maupun dari guru itu perlu dilatih dan ditingkatkan, baik isi pertanyaan maupun teknik bertanya
a. Dasar-dasr pertanyaan yang baik
1. Jelas dan mudah di mengerti oleh siswa
2. Berikan informasi yang cukup untuk memjawab pertanyaan
3. Difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu
4. Berikan waktu yang cukup kepada anak untuk berpikir sebelum menjawab pertanyaan
5. Bagikan semua pertanyaan kepada seluruh murid secara merata
6. Berikan respons yang ramah dan menyenangkan sehingga timbul keberanian siswa untuk menjawab atau bertanya
7. Tuntunlah jawaban siswa sehingga mereka dapat menentukan sendiri jawaban yang benar.
b. Jenis-jenis pertanyaan yang baik
1. Jenis pertanyaan menurut maksudnya
a. Pertanyaan pernimtaan, yakni pertanyaan yang menharapkan agar siswa mematuhi perintah yang di ucapkan dalam bentuk pertanyaan.
b. Pertanyaan etoris, yaitu pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban, tetapi dijawab senduru oleh guru. Hal ini merupakan teknik penyampaian informasi kapada murid
c. Pertanyaan mengarahkan atau menuntun, yaitu pertanyaan yang diajukan untuk memberikan arah kepada murid dalam proses berpikirnya. Hal ini dilakukan apabila guru menghendaki agar siswa memperhatikan dengan seksama bagian tertentu atau inti pelajaran yang dianggap penting
d. Pertanyaan menggali, yaitu pertanyaan lanjutan yang akan mendorong murid untuk lebih memdalam jawabannya terhadap pertanyaan pertama. Dengan pertanyaan menggali ini siswa didorong untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas jawaban yang diberikan pada pertanyaan sebelumnya.
2. Pertanyaan menurut taksonomi Bloom
a. Pertanyaan pengetahuan, atau ingatan dengan menggunakan kata-kata apa, di mana, kapan, siapa, dan sebutkan
b. Pertanyaan pemahaman, yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban yang bersifat pemahaman dengan kata-kata sendiri. Biasanya menggunakan kata-kata jelaskan, uraikan, dan bandingkan.
c. Pertanyaan penerapan, yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban untu7k menerapkan pengetahuan atau informasi yang diterima
d. Pertanyaan sintesis, yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban yang benar, tidak tunggal, tetapi lebih dari satu dan menuntut murid untuk membuat ramalan, memecahkan maslah, mencari komunikasi
e. Pertanyaan evaliasi, yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban dengan cara memberikan penilaian atau pendapatnya terhadap suatu isu yang ditampilkan.
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Kehangatan dan keantusiasan
Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam prises belajr-mengajar, guru perlu menunjukan sikap baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban siswa. Sikap dan cara guru termasuk suara, ekspresi wajah, gerakan, dan posisi badan menampakkan ada-tidaknya kehangatan dan keantusiasannya.
2. Kebiasaan yang perlu dihindari
a. Jangan mengulang-ulang pertanyaan bila siswa tidak mampu memjawabnya. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya perhatian siswa dan partisipasi siwa.
b. Jangan mengulang-ulang jawaban siswa. Hal ini akan membuang-buang waktu, siswa tidak memperhatikan jawaban temannya, karena menunggu komentar dati guru.
c. Jangan menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan sebelum siswa memperoleh kesempatan untuk memjawabnya. Hal ini membuat siswa frustasi dan mungkin ia tidak mengikuti pelajaran dengan baik.
d. Usahakan agar siswa tidak menjawab dengan serempak karena guru tidak dapat mengetahui dengan pasti siapa yang menjawab benar dan siapa yang salah serta menutup kemungkinan berinteraksi selanjutnya.
e. Menentukan siapa yang harus menjawab sebelum nengajukan pertanyaan akan menyebabkan tidak siswa yang tidak ditunjuk untuk menjawab tidak memikirkan jawaban pertanyaan. Oleh karena itu, pertanyaan hendaknya ditujukan lebih dahulu kepada seluruh siswa, baru kemudian guru menunjuk salah seorang untuk menjawabnya.
f. Pertanyaan ganda, guru kadang mengajukan pertanyaan yang sifatnya ganda, menghendaki beberapa jawaban atau kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa.
d. Komponen-komponen kererampilan bertanya dasar
1. Penggunaan pertanyyan secara jelas dan singkat
Pertanyaan guru harus diunkap secara jelas dan singkat dengan menggunakan kata-kata yang dapat dipahami oleh siswa sesuai dengan taraf perkembangannya.
2. Pemberian acuan
Sebelum memberikan pertanyaan, kadang-kadang guru perlu memberikan acuan yang berupa pertanyaan yang berisi informasi yang relefan dengan jawaban yang diharapkan dari siswa.
3. Pemindahan giliran
Adakalanya satu pertanyaan perlu dijawab oleh beberapa siswa karena jawaban siswa benar atau belum memadai.
4. Penyebaran
Untuk melibatkan siswa sebanyak-banyaknya di dalam pelajaran, guru perlu menyebarkan giliran menjawab pertanyaan secara acak. Ia hendaknya berusaha agar semua siswa mendapat giliran secara merata. Perbedaannya dengan pemindahan giliran adalah bahwa pada pemindahan giliran, beberapa siswa secara bergiliran diminta menjawab pertanyaan yang sama, sedangkan pada pengebaran, berbeda, disebarkan giliran menjawabnya kepada siswa yang berbeda pula, sedangkan pada penyebaran, beberapa pertanyaan yang berbeda, disebarkan giliran menjawab kepada siswa yang berbada pula.
5. Pemberian waktu berpikir
Setelah menyajukan pertanyaan kepada siswa, guru perlu memberi waktu beberapa detik untuk berrpikir sebelum salah seorang siswa untuk menjawabnya.
6. Pemberian tuntunan
Bila siswa menjawab salah atau tidak dapat menjawab, guru hendaknya memberikan tuntutan kepada siswa itu agar ia dapat menemukan sendiri jawaban yang benar.
e. Komponen-komponen bertanya lanjut
1. Pengubahab tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan
Pertanyaan yang dikemukakan guru dapat mengandung proses mental yang berbeda-beda, dari proses mental yang rendah sampai proses mental yang tinggi. Oleh karena itu, guru dalam mengajukan pertanyaan hendaknya berusaha mengubah tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan dari tingkat mengikat kembali fakta-fakta ke bagian tingkat kognitif lainnya yang lebih tinggi seperti pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Guru dapat pula mengajukan pertanyaan pelacak.
2. Pengaturan urutan pertanyaan
Untuk mengembangkan tingkat kognitif dari yang sifatnya rendah ke yang lebih tinggi dan kompleks, guru hendaknya dapat mengatur urutan pertanyaan yang diajukan kepada siswa dari tinggat mengingat, kemudian pertanyaan pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Usahakan agar jangan memberikan pertanyaan yang tidak menentu atau bolak-balik, hal ini akan menimbulkan kebingungan pada siswa dari partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran dapat menurun.
3. Penggunaan pertanyaan pelacak
Teknik-teknik pertanyaan pelacak yang dapat digunakan:
a. Klasifikasi :jika siswa menjawab dengan kalimat yang kurang tepat, guru dapat memberikan pertanyaan pelacak yang meminta siswa tersebut untuk menjelaskan dengan kata-kata lain sehingga jawaban siswa menjadi lebih baik
b. Meminta siswa menberikan alasan yang dapat menunjang kebenaran pendapatnya dalam menjawab pertanyaan guru.
c. Meminta kesempatan pandangan: guru dapat memnberikan kesempatan pandangan kepada siswa lainnya untuk menyatakan persetujuan atau penolakan disertai dengan alasan terhadap jawaban rekannya, agar di peroleh pandangan yang diterima oleh semua pihak.
d. Meminta kasempatan menjawab: guru dapat meminta siswa untuk meninjau kembali jawaban yang diberikannya bila dianggap kurang tepat.
e. Meminta jawaban yang lebih relefan: bila jawaban siswa kurang relefan, guru dapat meminta jawaban yang benar dan relefan dari siswa tersebut.
f. Meminta contoh: jika siswa menjawab dengan samar-samar, guru dapat meminta siswa untuk memberikan contok konkret atau ilustrasi tentang apa yang dikemukakannya.
g. Meminta jawaban yang lebih kompleks: guru dapat meminta siswa tersebut untuk memberikan penjelasan atau ide-ide penting lainnya sehingga yang diberikan menjadi lebih kompleks.
4. Peningkatan terjadinya interaksi
Agar siswa lebih terlibat secara pribadi dan lebih bertanggung jawab atas kemajuan dan hasil diskusi, guru hendaknya menggurangi atau menghilangkan peranannya sebagai penanya sentral dengan cara mencegah pertanyaan dijawab oleh seorang siswa. Jika siswa mengajukan pertanyaan, guru tidak segera menjawab, tetapi melontarkan kembali kepada siswa lainnya.